Air Asam Tambang (AAT)

Perencanaan Tambang Untuk Pengendalian AAT

Dari perspektif perlindungan lingkungan dan minimalisasi risiko dan tanggungan, strategi mitigasi AAT yang paling efektif adalah pencegahan melalui prediksi dan perencanaan tambang.

Karakterisasi Overburden
  • Karakterisasi overburden bertujuan untuk memahami penyebaran lapisan batuan yang berpotensi membentuk asam (PAF) dan batuan yang tidak berpotensi membentuk asam (NAF)
  • Sehingga dapat dilakukan langkah-langkah untuk mengendalikan terbentuknya AAT

Overburden Sampling
Pertanyaan penting:
  • Apakah strategi sampling representatif dengan suatu tingkat kepercayaan tertentu?
  • Bagaimana material overburden akan mempengaruhi kimia air tambang?
Jawaban dari kedua pertanyaan tsb mempunyai konsekuensi ekonomi yang pasti, terutama berkaitan
dengan biaya untuk pemboran, sampling dan analisis.

Untuk populasi geologi berlapis (stratified) ada 2 rancangan dasar sampling:
  1. Sampel dari seluruh lapisan, seperti pada channel sample; sampling sepanjang overburden pada lubang bor ekivalen dengan suatu channel sample dari seluruh overburden
  2. Stratified sampling, dengan cara “weighting” maka dapat diperoleh perkiraan yang memadai dari seluruh populasi

Jenis-jenis sampling:
  • Composite sampling – sejumlah individual samples digabungkan untuk mendapatkan nilai rata-rata
  • Channel sample – keseluruhan potongan overburden di “sampled” pada suatu waktu dan selanjutnya dibagi menjadi subsamples
  • Stratified samples – sample diambil di dalam atau di antara unit stratigrafi
  • Cluster sampling – sampling dibatasi pada satu atau beberapa daerah tertentu

Faktor-faktor site-specific yang harus diperhatikan dalam merancang program sampling dengan pemboran:
  • Pada area yang akan ditambang
  • Ukuran/dimensi dan layout tambang
  • Metode penambangan dan ketebalan overburden
  • Kedalaman zone pelapukan
  • Topografi
  • Variasi stratigrafi dan geokimia

Penelitian di USA = 6 – 7 lubang bor per 40,47 ha. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menentukan kerapatan
data:
  • Data lubang bor eksplorasi untuk mendapatkan gambaran tentang sebaran tipe batuan pada arah lateral dan vertikal
  • Kualitas air sebelum aktivitas penambangan (mata air, air tanah dan air permukaan)
  • Kualitas air dari tambang dengan lapisan batubara yang sama yang terdapat di sekitar
  • Peta dan kajian tentang lingkungan paleodepositional
  • Soil survey dapat memberikan informasi tentang variabilitas dari batuan induk

Contoh bagaimana sampling interval dapat mempengaruhi hasil prediksi (Tarantino &
Shaffer, 1998)

Pedoman Untuk Pemboran Dan Sampling Overburden Dan Batubara Pada Tambang Terbuka
  • Pemboran eksplorasi dan rancangan tambang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan kerapatan pemboran untuk sampling
  • Paling tidak satu lubang bor di areal penambangan awal; penempatan lubang bor lainnya tergantung pada rancanganperkembangan tambang
  • Paling tidak satu lubang bor di daerah highwall dan juga di low wall untuk memahami kedalaman pelapukan
  •  Lubang bor yang mewakili jika terdapat perubahan fasies
  • Satu lubang bor tidak cukup untuk mengkarakterisasi overburden bahkan untuk suatu daerah yang kecil, karena tidak menggambarkan variabilitas areal tambang tersebut.

Contoh Pedoman Sampling Pada Tambang Batubara
  • Sampel diambil dari dasar dari lapisan yang terlapukkan sampai dengan paling tidak 0,5 m dari lantai batubara terbawah
  • Sampel diambil setiap 5 m, kecuali jika jenis batuan lebih pendek dari 5 m
  • Mudstone, siltstone dan claystone sebagai satu tipe litologi
  • Batuan carbonaceous (lebih dari 20 cm) dianggap sebagai satu tipe litologi
  • Batuan atap, lantai dan parting disampel secara terpisah
  • Sampel batuan atap yang umumnya carbonaceous tidak boleh lebih dari 1 m, jika lebih – ambil 2 sampel

Interpretasi Hasil Karakterisasi Batuan
  • Hasil dari ABA dan uji lainnya dipakai untuk mengkarakterisasi batuan (overburden atau waste rock)
  • Klasifikasi tipe batuan – dikaitkan dengan rancangan penanganannya:
  1. Batuan yang berpotensi membentuk asam (potentially acid forming) Batuan yang tidak berpotensi membentuk asam (non acid forming) – yang bisa dibagi menjadi:
  • Batuan yang netral
  • Batuan yang dapat menetralkan asam

1. Contoh tipe batuan di tambang batubara (KPC):
  1. Tipe 1 - NAF
  2.  Tipe 2 - PAF low capacity: NAPP < 2 kg H2SO4/ton batuan
  3. Tipe 3 - PAF moderate capacity: NAPP 2 – 10 kg H2SO4/ton batuan
  4. Tipe 4 – PAF high capacity: NAPP > 10 kg H2SO4/ton batuan

2. Untuk kemudahan operasional tipe 1 dan 2 menjadi NAF dan tipe 3 & 4 menjadi PAF
Contoh di tambang bijih
  1. Tipe 1 - acid consuming: NAG = 0 & ANC > 150 kg H2SO4/ton batuan
  2.  Tipe 2 - non acid forming: NAG = 0 & ANC < 150 kg H2SO4/ton batuan
  3. Tipe 3 - PAF low capacity: NAG = 1 – 15 kg H2SO4/ton batuan
  4. Tipe 4 - PAF moderate capacity: NAG = 15 – 35 kg H2SO4/ton batuan
  5. Tipe 5 - PAF high capacity: NAG = 35 – 55 kg H2SO4/ton batuan
  6. Tipe 6 - PAF very high capacity: NAG > 55 kg H2SO4/ton batuan

3. Untuk operasional tipe 3 & 4 menjadi PAF LC dan tipe 5 & 6 menjadi PAF HC

Model Geokimia Batuan
  • Hasil karakterisasi batuan dan model geologi akan menghasilkan model geokimia batuan yang menggambarkan sebaran tipe batuan baik pada arah lateral maupun arah vertical
  • Model geokimia batuan ini selanjutnya digunakan dalam perancangan penggalian overburden dan penempatannya.



Verifikasi Dalam Operasi Penambangan

  • Mengambil sampel dari pemboran untuk peledakan (blasthole cutting samples)





Contoh Perbandingan Antara Model Geokimia Batuan Dengan Blasthole Model (Gautama & Hartaji, 2004)

Penutup:

  • Pemahaman tentang sebaran tipe geokimia batuan (overburden & Waste Rock) merupakan hal terpenting dalam pencegahan Air Asam Tambang
  • Model geokimia batuan menjadi panduan dalam perencanaan penggalian dan penimbunan
  • Perencanaan penimbunan harus mempertimbangkan kendalanya secara jangka panjang



Belum ada Komentar untuk "Air Asam Tambang (AAT)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel